A. Pendahuluan
- Ilmu akan terjaga dengan menghafalnya.
- Imam Abdurrozaq Asson’ani rahimahullah: “Jika ada ilmu yang tidak menemaninya ke wc, maka itu bukan ilmu”.
- Hafalan itu juga harus disertai dengan pemahaman yang benar.
B. Pembahasan
1. Wasiat untuk
selalu mengingat Allah
Hal ini dilakukan dengan 2 cara:
2) Memeperhatikan wirid-wirid dan dzikir-dzikir harian yang mutlaq maupun yang terkait (muqayyada). Dengan kita mengingat Allah, maka Allah pun ingat kepada kita.
Para ulama menyebutkan bahwa dzikir kepada Allah membantu
kuatnya hafalan dari 3 sisi, yaitu:
1) Dari sisi hubungan hamba kepada Allah.
Hubungannya akan semakin dekat atau erat dan ini akan
memudahkan pertolongan Allah untuknya. Dan jika hamba semakin dekat dengan
Allah, maka syaithon akan semakin menjauh darinya, sebab syaithon sering
membuat seorang hamba terganggu menghafal dan sering membuat dia lupa,
contohnya kisah pelayan Nabi Musa yang lupa dan kisah Nabi Yusuf yang lama
dipenjara karena orang yang disuruh oleh Nabi Yusuf lupa.
2) Karena dengan berdzikir hati
menjadi tenang dan jiwa menjadi sejuk. dengan demikian akan mudah bagi seorang
hamba untuk menghafal. Dengan tenangnya hati seorang hamba, maka akan mudah
baginya untuk belajar, menghafal dan menguatkan hafalannya.
3) Dengan dzikir, maka seorang mendapatkan kekuatan hati dan fisik. Hal ini sangat dibutuhkan oleh seorang penuntut ilmu.
2. Menjauh dari dosa
dan maksiat
Ketika seorang melakukan dosa dan maksiat, maka akan
membuat hatinya menjadi gelap dan ilmu tidak akan masuk ke dalam hatinya. Oleh
karena itu bertobat dan menjauh dari segala dosa merupakan perkara penting
untuk seorang penuntut ilmu.
‘Bertakwalah kalian kepada
Alah dan Allah akan mengajari kalian”
(Al-Baqarah: 282)
Oleh karena itu, siapa yang bertaqwa kepada Allah maka
itu adalah sebab kuat menambah ilmunya.
“Wahai orang-orang
yang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan kepada
kalian furqon”
Furqon adalah pembeda, kemampuan membedakan antara
kegelapan dan cahaya, antara yang haq dan yang bathil, antara petunjuk dan
kesesatan, antara yang baik dan yang buruk, antara dosa dan ketaatan. Jika seorang diberi furqon, maka itu merupakan modal yang
sangat besar untuk menjaganya di atas hafalan. Manfaat taqwa yang lainnya
yaitu:
“Barang siapa yang
bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan jadikan pada perkaranya ada kemudahan”
Hal ini mencakup kemudahan dalam segala hal, termasuk
dalam hal menghafal. Oleh karena itu hendaknya seorang hamba dan penuntut ilmu
menjaga dirinya di atas ketaqwaan.
Oleh karena itu, inilah jalannya para Nabi dan Rasul,
jauh dari dosa dan maksiat sehingga Allah memudahkan bagi mereka hidayah. Mereka para nabi itu adalah orang-orang yang diberi
hidayah, maka terhadap hidayah yang Allah subhanahu
wata’ala bukakan kepada para nabi hendaknya engkau mengambil petunjuk.
Para ulama adalah pewaris para nabi dan ilmu itu adalah
warisan nabi. Secara umum warisan itu hanya didapatkan oleh orang yang punya
hubungan darah, kekerabatan dan pernikahan. Tetapi jika ingin mendapatkan
sesuatu dari ilmu yang merupakan warisan para nabi, maka hendaknya mengikuti
jalannya Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Karena itu jika dia jujur ingin mendapatkan ilmu, maka dia
tinggalkan dosa dan maksiat.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah:
“Dari dalil yang menunjukkan bagaimana dosa dan maksiat membuat seseorang lupa
terhadap ilmu adalah firman Allah subhanahu
wata’ala dalam suarah Al-Maidah: 13.
3. Beramal dengan
ilmu yang telah dipelajari
Hal ini akan menguatkan hafalannya dari dua sisi:
1) Jika seorang beramal dengan
ilmu, maka Allah subhanahu wata’ala akan
menambah karunia untuknya dan akan diajarkan lagi ilmu yang sebelumnya tidak ia
ketahui.
“Dan
Allah menambah orang-orang yang diberi petunjuk ditambah lagi dengan hidayah”
As-salaf: “Siapa yang beramal dengan ilmu yang ia
pelajari, maka Allah akan wariskan kepadanya ilmu yang sebelumnya ia tidak
ketahui”.
Maka
amalan adalah hal yang dituntut dan akan dipertanyakan di akhirat, di mana
salah satu dari 3 orang yang dipanggang dalam api neraka adalah seseorang yang
mempunyai ilmu tapi dia tidak mengamalkannya. Dan dalam hadits Abu Barzah Al-
Azlami, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan bahwa kedua kaki
seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat, sampai dia ditanya tentang
4 perkara. Salah satunya adalah tentang ilmunya bagaimana ia beramal dengannya
“Andai
kata mereka mengamalkan apa yang dinasihatkan kepada mereka, maka itu yang
paling terbaik buat mereka dan yang paling menguatkan kedudukannya”
Imam Sufyan Ats-Tsaury: Ilmu itu berbisik/berbicara “ayo amalkan
saya” jika si pemilik menjawab seruannya, maka dia tetap bersamanya, tetapi
jika tidak maka ilmunya akan pergi.
1) Beramal dengan ilmu itu
adalah sebab bertambahnya ilmu.
2) Beramal dengan ilmu itu
adalah sebab yang mengokohkan ilmu di dalam diri.
4. Melatih ingatan
dan akalnya
Caranya yaitu:
Melatih diri untuk terbiasa menghafal dengan cara tidak
terpaku dengan apa yang dia tulis dan di masa ini dia tidak terikat dengan apa
yang dia rekam.
Ketentuan menghafal yaitu:
“Jadilah kalian
seperti rabbani”
Rabbani adalah mengajarkan ilmu yang kecilnya sebelum
yang besarnya. Demikian pula jika ingin menghafal, maka hendaknya dia menghafal
yang pendek terlebih dahulu, kemudian yang panjang.
5. Menulis apa yang
dia hafal
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam:”Ikatlah ilmu itu dengan menulisnya”
Ulama: Ilmu itu adala hewan uruan dan penulisan itu
adalah yang mengikat hewan buruan tersebut. Maka hewan yang kamu buruh, jika
sudah ditangkap maka ikatlah dengan tali-tali yang kuat.
6. Mudzakaroh
Mengulanginya itu dengan 2 cara, yaitu:
1) Mengulangi dengan orang
lain. Contohnya memperdengarkan kepada orang lain. 2) Mengulangi dengan dirinya sendiri. Contohnya membiat majelis tahzib dan harus ada waktu khusus untuk diulangi hafalannya.
7. Menceritakan apa
yang dia hafal
8. Harus pandai
mengikat hafalannya dengan sesuatu
9. Terkait dengan
jenis makan yang dia makan
1) Madu.
2) Kismis.
3) Lubak
4) Mencium bau harum.
5) Hijamah.
6) Minum air zam-zam.
7) Minum susu.
10. Kepandaian dalam
mengatur waktu
Pembahasan tema “10 Wasiat Untuk Memperkuat Hafalan dan Mengobati Lupa” yang disampaikan oleh Al Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi hafidzahullahta’ala di Masjid Al-I’tisham, Sudirman, Jakarta. pada tanggal 22 rabiuts Tsani 1435 H/ 22 Februari 2014.
Kelik di sini untuk mendownload langsung rekamannya.
Pembahasan tema “10 Wasiat Untuk Memperkuat Hafalan dan Mengobati Lupa” yang disampaikan oleh Al Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi hafidzahullahta’ala di Masjid Al-I’tisham, Sudirman, Jakarta. pada tanggal 22 rabiuts Tsani 1435 H/ 22 Februari 2014.
Kelik di sini untuk mendownload langsung rekamannya.
0 komentar:
Posting Komentar