Selasa, 25 Februari 2014

10 WASIAT UNTUK MENGUATKAN HAFALAN DAN MENGOBATI LUPA


A. Pendahuluan
  • Ilmu akan terjaga dengan menghafalnya. 
  • Imam Abdurrozaq Asson’ani rahimahullah: “Jika ada ilmu yang tidak menemaninya ke wc, maka itu bukan ilmu”. 
  • Hafalan itu juga harus disertai dengan pemahaman yang benar.
B. Pembahasan

1. Wasiat untuk selalu mengingat Allah

Hal ini dilakukan dengan 2 cara:

1) Selalu memperbaiki dan memperbaharui niatnya semata-mata karena Allah. 
2) Memeperhatikan wirid-wirid dan dzikir-dzikir harian yang mutlaq maupun yang terkait (muqayyada). Dengan kita mengingat Allah, maka Allah pun ingat kepada kita.


Para ulama menyebutkan bahwa dzikir kepada Allah membantu kuatnya hafalan dari 3 sisi, yaitu:

1) Dari sisi hubungan hamba kepada Allah.
Hubungannya akan semakin dekat atau erat dan ini akan memudahkan pertolongan Allah untuknya. Dan jika hamba semakin dekat dengan Allah, maka syaithon akan semakin menjauh darinya, sebab syaithon sering membuat seorang hamba terganggu menghafal dan sering membuat dia lupa, contohnya kisah pelayan Nabi Musa yang lupa dan kisah Nabi Yusuf yang lama dipenjara karena orang yang disuruh oleh Nabi Yusuf lupa.

2) Karena dengan berdzikir hati menjadi tenang dan jiwa menjadi sejuk. dengan demikian akan mudah bagi seorang hamba untuk menghafal. Dengan tenangnya hati seorang hamba, maka akan mudah baginya untuk belajar, menghafal dan menguatkan hafalannya.

3) Dengan dzikir, maka seorang mendapatkan kekuatan hati dan fisik. Hal ini sangat dibutuhkan oleh seorang penuntut ilmu.


2. Menjauh dari dosa dan maksiat

Ketika seorang melakukan dosa dan maksiat, maka akan membuat hatinya menjadi gelap dan ilmu tidak akan masuk ke dalam hatinya. Oleh karena itu bertobat dan menjauh dari segala dosa merupakan perkara penting untuk seorang penuntut ilmu.

‘Bertakwalah kalian kepada Alah dan Allah akan mengajari kalian” (Al-Baqarah: 282)

Oleh karena itu, siapa yang bertaqwa kepada Allah maka itu adalah sebab kuat menambah ilmunya.

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan kepada kalian furqon”

Furqon adalah pembeda, kemampuan membedakan antara kegelapan dan cahaya, antara yang haq dan yang bathil, antara petunjuk dan kesesatan, antara yang baik dan yang buruk, antara dosa dan ketaatan. Jika seorang diberi furqon, maka itu merupakan modal yang sangat besar untuk menjaganya di atas hafalan. Manfaat taqwa yang lainnya yaitu:
 
“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan jadikan pada perkaranya ada kemudahan”

Hal ini mencakup kemudahan dalam segala hal, termasuk dalam hal menghafal. Oleh karena itu hendaknya seorang hamba dan penuntut ilmu menjaga dirinya di atas ketaqwaan.

Oleh karena itu, inilah jalannya para Nabi dan Rasul, jauh dari dosa dan maksiat sehingga Allah memudahkan bagi mereka hidayah. Mereka para nabi itu adalah orang-orang yang diberi hidayah, maka terhadap hidayah yang Allah subhanahu wata’ala bukakan kepada para nabi hendaknya engkau mengambil petunjuk.

Para ulama adalah pewaris para nabi dan ilmu itu adalah warisan nabi. Secara umum warisan itu hanya didapatkan oleh orang yang punya hubungan darah, kekerabatan dan pernikahan. Tetapi jika ingin mendapatkan sesuatu dari ilmu yang merupakan warisan para nabi, maka hendaknya mengikuti jalannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena itu jika dia jujur ingin mendapatkan ilmu, maka dia tinggalkan dosa dan maksiat.

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah: “Dari dalil yang menunjukkan bagaimana dosa dan maksiat membuat seseorang lupa terhadap ilmu adalah firman Allah subhanahu wata’ala dalam suarah Al-Maidah: 13.

3. Beramal dengan ilmu yang telah dipelajari

Hal ini akan menguatkan hafalannya dari dua sisi:

1) Jika seorang beramal dengan ilmu, maka Allah subhanahu wata’ala akan menambah karunia untuknya dan akan diajarkan lagi ilmu yang sebelumnya tidak ia ketahui.

“Dan Allah menambah orang-orang yang diberi petunjuk ditambah lagi dengan hidayah”

As-salaf: “Siapa yang beramal dengan ilmu yang ia pelajari, maka Allah akan wariskan kepadanya ilmu yang sebelumnya ia tidak ketahui”.

Maka amalan adalah hal yang dituntut dan akan dipertanyakan di akhirat, di mana salah satu dari 3 orang yang dipanggang dalam api neraka adalah seseorang yang mempunyai ilmu tapi dia tidak mengamalkannya. Dan dalam hadits Abu Barzah Al- Azlami, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat, sampai dia ditanya tentang 4 perkara. Salah satunya adalah tentang ilmunya bagaimana ia beramal dengannya

2) Seorang yang setiap kali dia menghafal kemudian dia amalkan hadits yang dia hafal, maka itu adalah sebab kuat ilmu tersebut melekat pada dirinya.

“Andai kata mereka mengamalkan apa yang dinasihatkan kepada mereka, maka itu yang paling terbaik buat mereka dan yang paling menguatkan kedudukannya”

Imam Sufyan Ats-Tsaury: Ilmu itu berbisik/berbicara “ayo amalkan saya” jika si pemilik menjawab seruannya, maka dia tetap bersamanya, tetapi jika tidak maka ilmunya akan pergi.

Jadi, kita diwasiatkan beramal dengan ilmu agar hafalan menjadi bagus dan kuat karena beberapa alasan:
1) Beramal dengan ilmu itu adalah sebab bertambahnya ilmu. 
2) Beramal dengan ilmu itu adalah sebab yang mengokohkan ilmu di dalam diri.

4. Melatih ingatan dan akalnya

Caranya yaitu:
Melatih diri untuk terbiasa menghafal dengan cara tidak terpaku dengan apa yang dia tulis dan di masa ini dia tidak terikat dengan apa yang dia rekam.

Ketentuan menghafal yaitu:
“Jadilah kalian seperti rabbani”

Rabbani adalah mengajarkan ilmu yang kecilnya sebelum yang besarnya. Demikian pula jika ingin menghafal, maka hendaknya dia menghafal yang pendek terlebih dahulu, kemudian yang panjang.

5. Menulis apa yang dia hafal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:”Ikatlah ilmu itu dengan menulisnya”

Ulama: Ilmu itu adala hewan uruan dan penulisan itu adalah yang mengikat hewan buruan tersebut. Maka hewan yang kamu buruh, jika sudah ditangkap maka ikatlah dengan tali-tali yang kuat.

6. Mudzakaroh
Mengulanginya itu dengan 2 cara, yaitu:
1) Mengulangi dengan orang lain. Contohnya memperdengarkan kepada orang lain. 
2) Mengulangi dengan dirinya sendiri. Contohnya membiat majelis tahzib dan harus ada waktu khusus untuk diulangi hafalannya.

7. Menceritakan apa yang dia hafal

8. Harus pandai mengikat hafalannya dengan sesuatu

9. Terkait dengan jenis makan yang dia makan

1) Madu.
2) Kismis.
3) Lubak
4) Mencium bau harum.
5) Hijamah.
6) Minum air zam-zam.
7) Minum susu.

10. Kepandaian dalam mengatur waktu

Pembahasan tema “10 Wasiat Untuk Memperkuat Hafalan dan Mengobati Lupa” yang disampaikan oleh Al Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi hafidzahullahta’ala di Masjid Al-I’tisham, Sudirman, Jakarta. pada tanggal 22 rabiuts Tsani 1435 H/ 22 Februari 2014.
Kelik di sini untuk mendownload langsung rekamannya.







 




0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms